Puluhan Tahun Bertahan Hidup Menekuni Keterampilan Sepuh Emas

AKSIBORNEO – PONTIANAK, “Puluhan tahun bukanlah waktu yang singkat untuk dijalani, jika ruang waktu selama itu tidak diisi dengan sesuatu yang bermanfaat baik bagi diri sendiri atau keluarga maupun orang lain.”

DEMIKIANLAH salah satunyayang dijalani seorang pria yang menyebut dirinya dengan nama Hery S (60), mengisi ruang waktunya selama 35 tahun lebih dengan keterampilan penyepuhan perhiasan imitasi.

Sekian puluh tahun berpenghasilan sebagai penyepuh perhiasan imitasi sehingga berwajah emas asli, Hery  mengaku mensyukuri saja apa yang dijalaninya sebagai nikmat kehidupan bersama keluarga.

Belum lama yang lalu waktu orang tergila-gila batu cincin, dipicu ketika mantan Presiden ke 6 RI – Susilo Bambang Yudoyono (SBY) memberi cenderamata cincin bermata batu akik Bacan kepada Presiden AS Barak Obama (2015), Hery mengakui sebagai masa keemasan meraup rezeki di bidang penyepuhan.

Ketika itu banyak orang beralih profesi sebagai pemotong batu, membentuknya menjadi mata batu cincin di beberapa titik dalam kota Pontianak, kemudian mengikatnya pada penyedia ring (cincin) sesuai dengan ukuran jari yang bersangkutan.

Hery tidak ikut-ikutan sebagai penggerenda (pemotong) batu cincin yang berupah Rp.30 ribu perbentuk mata cincin. Dia tetap menekuni pekerjaannya sebagai penyepuh emas, karena setelah batu diikat dengan ring-nya, lantas minta disepuh emas dengan jasa Rp.10 – Rp15  ribu per-cincin.

“Waktu itu saya sampai tak sempat makan”, kenangnya

Ketika itu, ada sekitar 5 penyepuh di sekitar tempat operasionalnya di tratak lima pertokoan di Jalan Indragiri Timur dikenal juga sebagai Pasar Parit Besar.

Kini tinggal Hery dan seorang lainnya di sudut teratak lima pertokoan tersebut. Lainnya satu persatu undur diri. Begitu pula para pengrajin dadakan pembentuk atau penggerenda batu menjadi batu cincin, lenyap dengan sendirinya seiring makin sepi orang menggilai batu dalam kurun waktu di tahun itu juga.

Hary masih biasa-biasa saja alias stabil menunggu langganannya yang minta jasa penyepuhan.

Bagaimana dengan berkah Ramadhan yang baru lalu dengan mata pencariannya, Hery mengakui sepi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Biasanya di bulan Ramadhan, banyak orang minta disepuhkan perhiasan sehingga berwajah keemasan untuk dipakai di hari lebaran. Namun Hery memaklumi, masyarakat kesulitan keuangan atau tekanan ekonomi, dimana-mana harga barang naik.  Lebih-lebih bila dikaitkan dengan raib dan melonjaknya harga minyak goreng.

Sekarang ini, kita dapat merasakan masyarakat banyak yang kesulitan keuangan, cerita Hery. Dua tahun  terkepung PPKM (pemberlakuan pembatasn kegiatan masyarakat) terkait pandemi Covid-19, sangat terasa menekan penghasilannya. Namun, Hery menjalaninya saja dengan santai.

“Soal rezeki relatiflah,” ujarnya.

Menurutnya, dia menekuni keterampilan penyepuhan perhiasan emas imitasi sejak masih perjaka. Kini dia  yang mengaku punya dua isteri, punya 4 anak dan 4 cucu, sudah bisa bernafas agak lega, karena anak-anaknya sudah berkeluarga semua. Bahkan salah satu cucunya segera akan masuk ke jenjang pendidikan tinggi.

Salah seorang isterinya menurut Hery, juru rias pengantin, seorang lagi punya rumah kost-kotsan dan pandai juga usaha masak-memasak. Salah satu anak perempuannya juga sudah punya usaha laundry

Teknis Penyepuhan

Dilihat sepintas, keterampilan penyepuhan emas mudah saja. Tapi, kata Hery, jika tak pandai atau tidak terampil, air emas sepuhan tak akan kuat melekat di perhiasan yang disepuh.

Biasanya Hery membeli serbuk yang disebut serbuk emas 0,5 gram di toko emas dengan harga sekarang Rp.450,000.-

Batangan perhiasan yang akan disepuh, misalnya cincin, gelang, atau kalung, terlebih dahulu dibersihkan atau dicuci dengan air sabun atau dikikir lagi dengan kikir kecil, Setelah itu dikeringkan, lalu beberapa saat dicelupkan ke dalam serbuk emas yang sudah dicairkan dan dialiri daya rendah listrik. Batu cincinnya tak perlu dicopot.

Kalau bukan bidangnya, bisa-bisa air emas tidak kuat melekatnya di tembaga yang disepuh. Menurut Hery, yang paling cepat dan kuat menerima resapan celupan air emas adalah yang dari bahan perak.

Supaya sepuhan tahan lama, kata Hery, sebaiknya kalau mandi atau mencuci apa pun perhiasan sepuhan jangan dipakai. Daya lekatnya berkurang dan cepat pudar, apalagi kena sabun. Keringat juga bisa berpengaruh bagi ketahanan emas sepuhan.

Hery memulai pekerjaannya dengan tarif sepuh antara Rp.500 – Rp.1.000,- pada lebih 35 tahun silam.

Kini Hery  mematok harga Rp.25,000 per-cincin, kalau membersihkan atau memutihkan saja Rp.15,000. Itu untuk cincin, lainnya tergantung besarnya untaian perhiasan, misal gelang atau kalung

“Kita lihat dulu barangnya, baru dapat menentukan harga sepuhnya”, tutup Hery.*

Comments
Loading...